BLOG

BLOG

Kamis, Mei 05, 2016

Perjalanan Leicester City Menuju Puncak Liga Inggris


Mungkin inilah salah satu berita terpanas seputar sepakbola beberapa pekan belakangan. Bak cerita negri dongeng, Leicester City yang notabene nya bukan termasuk tim kelas atas eropa, secara mengejutkan mengukir sejarah sepakbola dengan langsung menjuarai liga tertinggi Inggris, EPL.

Bagi anda yang bukan merupakan pecinta sepakbola mungkin asing dengan klub Leicester City, berbeda jelas dengan nama-nama seperti Real Madrid, Arsenal, Manchester United, Chelsea, Barcelona dll. Bahkan para pecinta sepakbola juga masih sulit untuk menyebutkan pemain klub berjuluk The Foxes ini. Namun beberapa pekan belakangan mungkin artikel tentang klub ini menjadi berita utama disetiap laman berita. Pasalnya, Leicester telah mengukir sejarah sepakbola Inggris bahkan dunia dengan menjuarai Liga Primer Inggris. Maksud saya, siapa yang menyangka klub yang sebelumnya tak pernah dilirik atau tak bertabur pemain bintang dapat menjuarai salah satu liga terbaik eropa.


Musim 2003-2004, Leicester City sempat masuk divisi satu Liga Inggris namun harus menerima kenyataan bahwa mereka harus mengakhiri musim dengan terdegradasi ke divisi dua Liga Inggris, Championship. Mengalami pasang surut antara tahun 2004 hingga 2014, Leicester bahkan harus terdegradasi ke divisi tiga, League One, ditahun 2008-2009, kemudian kembali promosi ke Championship musim berikutnya. Revolusi pun menjadi jalan yang diambil Leicester ditahun 2010 dengan menghadirkan milyuner asal Thailand, Vichai Srivaddhanaprabha, di King Power International Group.

Bersama Vichai perlahan namun pasti, Leicester mulai memperbaiki reputasinya. Kebangkitan mereka terbukti ditahun 2013-2014 dengan menjuarai divisi dua dan berhasil promosi ke divisi satu Liga Inggris. Normalnya tim yang baru promosi, perjalanan The Foxes yang dimulai pada musim 2014-2015, diawali dengan kesulitan disana sini dengan hanya berkutat di papan bawah klasemen. Leicester yang kala itu ditukangi oleh Nigel Pearson hanya mampu mengantongi 19 poin dari 29 pertandingan, membuat mereka harus kerja ekstra agar tak kembali ke divisi dua. Ajaib, Leicester pun berhasil keluar dari lobang jarum dan mengakhiri musim dengan finis diurutan 14 dengan koleksi 41 poin. 


Meski mampu menyelamatkan Leicester, namun Pearson tetap harus angkat kaki dari King Power Stadium dan membawa pelatih asal Italia, Claudio Ranieri, sebagai penggantinya. Sempat diremehkan diawal musim, mantan pelatih Chelsea ini mampu membuktikan bahwa eksistensinya di dunia kepelatihan sepakbola masih patut diperhitungkan. 

Mengawali musim 2015-2016, Ranieri membawa The Foxes menyapu papan klasemen dengan berhasil menjadi penguntit diposisi 4 besar papan atas klasemen dan bersanding dengan Arsenal, Spurs hingga Manchester United. Diluar dugaan, Leicester ternyata mampu mempertahankan posisi mereka dengan selalu memenangkan setiap pertandingan yang mereka lewati bahkan ketika mereka harus melawan tim-tim besar Liga Inggris. Keberhasilan The Foxes jelas tak hanya dari kinerja Ranieri semata, namun juga dari konsistensi bermain para pemainnya. Nama-nama seperti Jamie Vardy, Danny Drinkwater, Riyad Mahrez hingga Wes Morgan (mungkin awalnya anda tak mengenal nama-nama ini) yang performanya menggila musim ini juga ikut membantu keberhasilan Leicester.


Penantian panjang pun berakhir saat Spurs yang menduduki posisi dua klasemen dan selalu menguntit Leicester, bertandang ke kandang Chelsea dan mengakhiri pertandingan dengan posisi imbang 2-2. Dengan hanya mengantongi 1 poin membuat Spurs harus merelakan gelar juara jatuh ke tangan Leicester, karena selisih poin Spurs dan Leicester terpaut 7 poin dengan menyisakan dua pertandingan sisa. Dengan kata lain, Spurs tak bisa lagi mengejar Leicester meski didua pertandingan sisanya Spurs berhasil menang sekalipun. Leicester sendiri masih akan menghadapi dua pertandingan sisa yakni melawan Everton dan Chelsea namun hasilnya tetap tak bisa merubah title juara yang telah Leicester pegang.

Leicester City jelas membuktikan kepada dunia sepakbola bahwa untuk menjadi yang pertama tak melulu soal uang dan pemain dengan nilai triliunan. Dengan konsistensi yang mereka miliki, Leicester membuktikan bahwa mereka yang bahkan awalnya diremehkan dapat menjadi yang terdepan. Kini Leicester City sudah masuk jejeran klub yang akan bermain di kompetisi Eropa. Disini kehebatan sebenarnya Leicester akan benar-benar diuji. Mampukah Vardy dan kawan-kawan mengatasi ketatnya Eropa ?

Selamat bagi Leicester City !


0 comments:

Posting Komentar