BLOG

BLOG

Jumat, September 04, 2015

Review - Hitman: Agent 47 (2015)

"Mencari, menangkap dan menyelamatkan putri Dr. Litvenko."


Sebenarnya saya sudah menonton film ini beberapa minggu yang lalu, namun karena sibuk sama sidang kampus jadi baru bisa buat review-nya sekarang, but it's okay walaupun ceritanya inget-inget lupa hehe. Langsung review-nya aja.

Di awal film kita akan di sajikan dengan cerita singkat terciptanya Agent. Agent adalah sebuah robot ciptaan berbentuk manusia namun dengan insting, kecepatan, kekuatan, dan kepintaran diatas rata-rata manusia normal pada umumnya. Seorang dokter genetik, Dr. Peter Litvenko (Ciaran Hinds) lah orang dibalik terciptanya Agent. Dr. Litvenko adalah satu-satunya dokter yang berhasil menciptakan robot pembunuh tanpa rasa belas kasih ini.

 

Selama bertahun-tahun, Dr. Litvenko menyimpan rahasianya rapat-rapat karena ia tau apa yang ia ciptakan dapat disalah gunakan jika jatuh ditangan yang salah. Banyak perusahaan yang mencoba melanjutkan program Agent, namun semua gagal. Merasa diburu, Dr. Litvenko pun memutuskan untuk mengasingkan dirinya ke Rengasdengklok, bukan, maksudnya ke Singapura dan meninggalkan putri semata wayangnya Katia van Dees kecil, agar Katia tidak terlibat dalam masalah.

Katia (Hannah Ware) besar dan tumbuh seorang diri di Berlin, mencoba terus mancari jati dirinya dengan satu-satunya clue yang ia punya, yaitu foto laki-laki tua yang Katia sendiri tidak tau siapa lelaki tersebut. Pemburuannya membawa ia bertemu dengan Agent 47 (Rupert Friend), salah satu Agent ciptaan Dr. Litvenko yang paling berbahaya. Merasa terancam dengan adanya Agent 47, Katia terus berusaha menghindar, dengan bantuan John Smith (Zachary Quinto), lelaki yang ia temui di stasiun subway yang mengaku akan membantu Katia untuk menghindar dari Agent 47 yang diakuinya akan membunuh Katia. Pemburuan Agent 47 berakhir di sebuah hotel dimana Katia dan Smith beristirahat. Agent 47 pun berhasil mengambil alih Katia dari Smith.


Keputusan untuk berpaling ke Agent 47 adalah keputusan tepat. Pasalnya Agent 47 inilah yang akan membantu Katia dari pertolongan palsu Smith, yang ternyata adalah aktor antagonis suruhan Antonie LeClerq (Thomas Kretschmann), pimpinan Syndicate International, sindikat yang juga memburu Dr. Litvenko. Kejar-kejaran antara Katia, Agent 47, Smith, dan Syndicate International inilah tontonan utama film ini.

Mengangkat sebuah film yang diadaptasi dari video games bukanlah perkara mudah, hanya beberapa yang mampu lolos dari kritikan pedas pengamat film, salah satunya adalah Resident Evil atau Tomb Rider yang terbilang sukses, sisanya? Gagal. Hitman sebelumnya telah hadir di tahun 2007 dengan Xavier Gens di bangku sutradara. Di film terdahulunya, Hitman memang tidak terlalu memuaskan secara kualitas walaupun mampu merajai box office dengan torehan keuntungan mencapai 100jt dollar dengan budget yang hanya seperempatnya. Pendapatan box office yang bagus itulah membawa 20th Century Fox kembali mengangkat kisah Agent 47 kelayar lebar. Dan hasilnya? Reboot tanpa perbaikan yang berarti.


Film ini banyak mendapat kritik tajam dari banyak pengamat film dan para pecinta game Hitman. Aleksander Bach sang sutradara mungkin sudah mati-matian menyajikan seri terbaru Hitman dengan versi yang sedekat mungkin dengan game-nya. Upayanya juga terlihat dari pemilihan peran Agent 47 yang diperankan oleh Rupert Friend, menggantikan Timothy Olyphant di tahun 2007. Yang benar-benar dijadikan kritikan adalah plot cerita yang berantakan. Petualangan yang disajikan terlalu hambar, datar, monoton, terlalu mudah ditebak dan diperparah dengan karakter dan dialog yang tidak bernyawa. Bahkan sistem CGI yang harusnya membantu film menjadi lebih terlihat real malah menjadi bumerang bagi Hitman: Agent 47, CGI yang ditampilkan malah memperburuk keadaan dengan hadir kurang terlalu baik dan terlihat kurang halus.


Namun akan beda cerita jika anda datang ke bioskop dengan latar beakang "hanya menonton saja" sebagai hiburan tanpa ekspektasi apapun, film ini terbilang tidak terlalu buruk. Kualitas aksi yang ditawarkan Bach terbilang seru, kejar-kejaran mobil, aksi baku hantam dengan tangan kosong, tembak-tembakan dengan sedikit kesan slo-mo yang terkadang berhasil membuat kita sedikit menahan nafas dan sederet aksi lain yang merupakan aksi wajib dari film action, masih hadir di film ini. Karakter Agent 47 yang anti hero dan dingin tanpa belas kasih namun disisi lain masih punya sisi lembut dengan caranya masih menjadi hiburan tersendiri untuk penonton. Sedikit sisi positif ini terlihat seperti usaha untuk menutupi plot cerita yang berantakan seperti halnya menambal ban bocor namun masih ada kemunginan untuk tertusuk paku lagi.

Film Hitman: Agent 47 seakan mengingkatkan kita pada film reboot lainnya beberapa pekan lalu, Fantastic Four atau Fant4stic. Dua-duanya memiliki kesamaan, sama-sama film reboot dan sama-sama gagal mendulang sukses film terdahulunya yang juga jauh dari ekspektasi penonton. Entah ini kebetulan atau bukan namun kedua film ini juga sama-sama keluaran rumah produksi 20th Century Fox. Hhmmmm... Buat kamu yang mau menonton film ini, mungkin harus menyingkirkan pertanyaan kenapa atau mengapa yang mungkin akan hanya menambah pusing kepala, so just enjoy it !!

0 comments:

Posting Komentar