Drama sederhana dengan kasus yang tidak sederhana.
Ketika pergelaran Oscar diselenggarakan, salah satu kategori yang paling ditunggu-tunggu adalah film terbaik. Jelas masyarakat menaruh prediksi pada The Revenant yang di bintangi calon kuat pemenang best actor, Leonardo DiCaprio. Selain The Revenant, ada Mad Max: Fury Road, The Martian serta Room yang menjadi kandidat kuat lainnya. Namun yang terjadi, Oscar justru jatuh ke tangan Spotlight. Semua masyarakat pun mulai bertanya, apa kelebihan Spotlight ?
Sinopsis
Cerita bermula ditahun 2001, dimana editor dari koran The Boston Globe, Marty Baron (Liev Schreiber) ingin mengangkat kembali kasus skandal pelecehan terhadap anak dibawah umur yang dilakukan oleh seorang pendeta di sebuah gereja di kota Boston. Marty pun menyerahkan kasus ini kepada tim jurnalis investigasi bernama Spotlight, yang terdiri dari sang editor Walter "Robby" Robinson (Michael Keaton), serta para reporter yakni Michael Rezendes (Mark Ruffalo), Matt Carol (Brian d'Arcy James), dan Sacha Pfeiffer (Rachel McAdams).
Sempat merasa sulit diawal, akhirnya tim Spotlight sedikit demi sedikit mulai mengungkap kasus ini. Fakta demi fakta terus mereka dapatkan, termasuk fakta mengejutkan tentang jumlah pendeta yang turut menjadi tersangka dalam kasus ini. Jumlah tersebut sempat menjadi kejutan tersendiri bagi tim Spotlight, juga bagi kita para penonton.
Kita akan dibuat miris ketika Sacha dan Matt coba mewawancarai beberapa korban pelecehan yang saat itu telah beranjak dewasa bahkan beberapa telah berkeluarga. Bagaimana kronologis cerita di masa kelam yang mereka ceritakan seakan membuat kita yang menonton ikut hanyut merasakan betapa kejinya perbuatan para tersangka yang harusnya menjadi panutan bagi jamaah katholik, tapi justru malah menjadi mimpi buruk bagi anak-anak.
Tim Spotlight pun terus bekerjasama untuk mengangkat kasus ini ke publik sehingga masyarakat dapat membuka mata.
Tim Spotlight pun terus bekerjasama untuk mengangkat kasus ini ke publik sehingga masyarakat dapat membuka mata.
Review
Selain cerita yang menjadi kekuatan utama film ini, ada hal lain yang ikut menjadi nilai plus, yakni akting para pemainnya. Ada Mark Ruffalo yang sangat sangat baik memerankan Michael Rezendes, seorang reporter yang sangat ambisius. Cara Mark berbicara dan bertingkah benar-benar seperti masuk kedalam karakter Michael yang sesekali hanyut kedalam kelamnya kasus yang sedang ia tangani.
Kemudian ada aktris kawakan Rachel McAdams yang mampu memancarkan sorot mata yang seperti sangat rapuh setiap mewawancarai para korban, cukup membuat kita ikut terhanyut kedalam cerita. Sementara untuk pemain lain seperti Michael Keaton, Brian d'Arcy James, Liev Schreiber mampu memberikan porsinya masing-masing dengan sangat baik. Tapi justru yang mencuri perhatian adalah Stanley Tucci yang memerankan Mitchell Garabedian, seorang pengacara yang memiliki perawakan keras. Akting Stanley cukup memberikan warna tersendiri bagi Spotlight.
Kedua adalah tentang kasusnya itu sendiri. Film ini diadaptasi dari kisah nyata sehingga memang perlu perhatian khusus terlebih menyangkut masalah agama.
Mungkin anda akan setuju jika saya mengatakan film ini memiliki cerita yang sangat sederhana. Sederhana disini bukan kasusnya -kasusnya sih berat banget-, melainkan tema yang diangkat dan cara film ini mencari solusinya. Meski sederhana, tapi sang sutradara, Tom McCarthy, tau betul membuat film dengan konflik yang sempit namun mampu hadir dengan sangat manis, mengingatkan saya dengan film Room.
Selain cerita yang menjadi kekuatan utama film ini, ada hal lain yang ikut menjadi nilai plus, yakni akting para pemainnya. Ada Mark Ruffalo yang sangat sangat baik memerankan Michael Rezendes, seorang reporter yang sangat ambisius. Cara Mark berbicara dan bertingkah benar-benar seperti masuk kedalam karakter Michael yang sesekali hanyut kedalam kelamnya kasus yang sedang ia tangani.
Kemudian ada aktris kawakan Rachel McAdams yang mampu memancarkan sorot mata yang seperti sangat rapuh setiap mewawancarai para korban, cukup membuat kita ikut terhanyut kedalam cerita. Sementara untuk pemain lain seperti Michael Keaton, Brian d'Arcy James, Liev Schreiber mampu memberikan porsinya masing-masing dengan sangat baik. Tapi justru yang mencuri perhatian adalah Stanley Tucci yang memerankan Mitchell Garabedian, seorang pengacara yang memiliki perawakan keras. Akting Stanley cukup memberikan warna tersendiri bagi Spotlight.
Ada dua hal penting yang harus kita perhatikan disini.
Pertama adalah bagaimana seharusnya para jurnalistik atau para awak media bertindak saat memburu berita. Disini Spotlight akan menunjukkan kepada kita secara terang-terangan proses bagaimana berita itu muncul ke publik dengan fakta yang konkrit yang tak mudah untuk didapat. Tentang bagaimana seharusnya sebuah media menyampaikan berita yang tidak hanya penuh manfaat dan pelajaran, melainkan juga dapat menjadi sebuah history yang akan selalu dikenang. Kerja keras serta selalu mengedepankan kejujuran dan keaslian berita adalah hal penting sehingga berita dapat diterima masyarakat.
Pertama adalah bagaimana seharusnya para jurnalistik atau para awak media bertindak saat memburu berita. Disini Spotlight akan menunjukkan kepada kita secara terang-terangan proses bagaimana berita itu muncul ke publik dengan fakta yang konkrit yang tak mudah untuk didapat. Tentang bagaimana seharusnya sebuah media menyampaikan berita yang tidak hanya penuh manfaat dan pelajaran, melainkan juga dapat menjadi sebuah history yang akan selalu dikenang. Kerja keras serta selalu mengedepankan kejujuran dan keaslian berita adalah hal penting sehingga berita dapat diterima masyarakat.
Kedua adalah tentang kasusnya itu sendiri. Film ini diadaptasi dari kisah nyata sehingga memang perlu perhatian khusus terlebih menyangkut masalah agama.
Salah satu scene paling membuat miris adalah ketika salah satu karakter yang mengaku sebagai korban dan ingin mengungkap kasus ini ke publik, menceritakan fakta tentang bagaimana kehidupan keluarga katholik yang miskin atau tak harmonis akan menjadikan agama sebagai salah satu harapan dan pelarian mereka. Bagi mereka yang sangat menjunjung tinggi nilai agama, dekat dengan pendeta, akan terasa seperti dekat dengan Tuhan. Apa yang dilakukan dan dikatakan seorang pendeta, bagi mereka itu adalah hal benar, tak peduli apapun itu.
Anak-anak yang telah diajarkan sejak dini tentang bagaimana harus patuhnya kita pada agama, menjadikan mereka sangat dekat dengan pendeta, bahkan senang berdekatan dengan pendeta. Kedekatan para pendeta dengan anak-anak ini lah yang justru disalahgunakan para pelaku untuk melepaskan hasrat seksualnya. Dengan kedok agama dan status religius yang mereka miliki, dunia seakan dibuat bungkam dan tak ada satupun yang berani membeberkan ini ke publik sehingga kasus ini seakan bukan persoalan besar. Miris memang.
Anak-anak yang telah diajarkan sejak dini tentang bagaimana harus patuhnya kita pada agama, menjadikan mereka sangat dekat dengan pendeta, bahkan senang berdekatan dengan pendeta. Kedekatan para pendeta dengan anak-anak ini lah yang justru disalahgunakan para pelaku untuk melepaskan hasrat seksualnya. Dengan kedok agama dan status religius yang mereka miliki, dunia seakan dibuat bungkam dan tak ada satupun yang berani membeberkan ini ke publik sehingga kasus ini seakan bukan persoalan besar. Miris memang.
Secara keseluruhan, film ini sangat layak tonton mengingat tema yang diangkat adalah hal yang bukan main-main. Spotlight berbicara sangat banyak tentang apa itu arti jurnalistik dan kasus pelecehan seksual terdapat anak dibawah umur. Kasus ini sekaligus menjadi tamparan keras bagi Indonesia dimana kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak kerap menghiasi laman berita. Para pelaku yang ternyata adalah orang terdekat korban memang menjadi hal yang cukup menyeramkan terlebih bagi orang tua.
Rating: 9 dari 10
Rating: 9 dari 10
sepertinya seru untuk ditonton
BalasHapusharga excavator indonesia