BLOG

BLOG

Kamis, Agustus 13, 2015

Review: Fantastic Four (2015)

Fantastic Four nyatanya masih kurang fantastis.


Siapa tak kenal Fantastic Four ? Sekelompok anak muda yang terdiri dari Reed Richards, Ben Grimm, Sue Storm, dan Johnny Storm yang mendadak memiliki kekuatan super akibat kesalahan laboratorium, hadir lagi ke layar lebar dengan judul Fant4stic. Di film sebelumnya tahun 2005, Fantastic Four, serta sekuelnya, Fantastic Four: Rise of the Silver Surfer, dua tahun setelahnya memang tampil cukup meyakinkan dengan para cast ternama sehingga mampu menghibur dan menghasilkan pendapatan yang lumayan menggembirakan di box-office. Mencoba peruntungan dengan membuat reboot Fantastic Four berjudul Fant4stic, John Trank dibangku sutradara nyatanya banyak mendapat kritik dari sejumlah pengamat film. Bagaimana bisa ?

Film akan diawali disebuah kelas dimana Reed Richards muda mencoba menjelaskan tugas sekolahnya, dimana ia harus menceritakan akan menjadi apa dia besar nanti didepan kelas. Ia bercerita ketika ia besar nanti ia akan menciptaan sebuah alat teleportasi yang justru mengundang tawa buat guru dan teman sekelasnya, namun tidak untuk Ben Grimm. Keduanya pun berambisi untuk menyelesaikan alat teleportasi tersebut dan mewujudkan mimpi Reed. Ketika dewasa, Reed (Miles Teller) dan Ben (Jamie Bell) menghadiri sebuah pameran sains sekolah dengan membawa serta alat teleportasi mereka. Disinilah keduanya bertemu dengan pendiri Baxter Foundation, Profesor Franklin Storm (Reg E. Cathey) dan anak angkatnya Sue Storm (Kate Mara).

Alat teleportasi yang dibuat Reed dkk.
Planet Zero.
Singkat cerita, Reed, Franklin, Sue yang juga dibantu oleh anak kandung Franklin, Johnny Storm (Michael B. Jordan) dan Victor von Doom (Toby Kebbell), seseorang yang juga berambisi menciptakan alat teleportasi, akhirnya berhasil menciptakan alat teleportasi yang dapat memindahkan objek ke sebuah planet misterius penuh sumber tenaga yang disebut planet Zero.

Rasa penasaran membuat Reed, Ben, Johnny dan Victor mencoba teleportasi kepada diri mereka sendiri. Saat tiba di planet misterius tersebut, Victor yang mencoba menyentuh tanah berwarna hijau penuh energi justru membuat sumber dayanya bergejolak tak stabil dan menciptakan letusan. Sayangnya saat mencoba melarikan diri, Victor tak bisa menyelamatkan diri dan jatuh terjebak. Sementara yang lain mecoba menyelamatkan diri dengan mencoba meminta pertolongan Sue yang berada di laboratorium. Melakukan teleportasi kembali secara mendadak dengan penuh sumber energi dari planet tersebut membuat Reed, Ben, Johnny bahkan Sue mengalami perubahan pada tubuh dan pastinya nasib mereka.

Storm bersaudara, tenang, Sue adalah anak angkat.
Mengingat film ini merupakan reboot Fantastic Four yang dulu, kita pasti sudah hafal kekuatan super seperti apa yang akan dimiliki setiap karakter bahkan sebelum memasuki bioskop. Namun jangan berharap akan melihat superhero-nya dengan cepat, entah apa yang salah atau memang karena mengulang bagaimana mereka menjadi superhero yang membuat film ini terkesan lama diawal dan mungkin akan membuat penonton lupa bahwa mereka sedang menyaksikan film superhero karena Reed dkk terlalu lama berkutat di laboratorium. 

Victor von Doom yang berubah menjadi jahat.
Ini serius, film ini terkesan kurang durasi sehingga saat memasuki bagian konflik hingga klimaks mereka kurang bisa menciptakan kesan mencekam karena terlihat sangat terburu-buru seperti sedang melawan waktu seakan lampu di bioskop keburu hidup. Victor von Doom yang berubah menjadi penjahat utama pun tak terasa seperti penjahat yang mengancam, kemunculannya hanya beberapa scene dan tiba-tiba mati karena teleportasi yang ia buat sendiri. Memang Doom mati karena aksi baku hantam dengan Fantastic Four namun serius aksi baku hantam itu terjadi hanya sebentar membuat penonton bertanya, "Udah? Penjahatnya udah mati? Gitu doang matinya? Pasti entar idup lagi?" Eh ternyata engga. Padahal ini merupakan film superhero yang memang aksi berantem-beranteman adalah jualan utamanya. Bahkan dialog-dialog lucu khas film Marvel lainnya pun terasa sangat nanggung dan mungkin hanya mengundang senyum masam penonton.

Bingung entah apa yang salah, pengembangan film, naskah, atau pemilihan karakter yang kurang tepat. Sedari awal, pemilihan Miles Teller sebagai Reed Richards atau Mister Fantastic sang pemimpin memang sudah mengundang tanda tanya besar. Namun tak ada yang lebih mengundang tanya selain pemilihan karakter kakak beradik Sue dan Johnny Storm. Disini memang mereka bukanlah kakak adik kandung, namun mengingat film terdahulunya dimana Jesica Alba dan Chris Evans terlihat lebih seperti kakak beradik sungguhan tak diulang baik di film ini.

Johnny Strom a.k.a Human Torch
Ben Grimm a.k.a The Thing
Beberapa tahun belakangan kita selalu disuguhkan dengan tontonan superhero yang mengundang decak kagum. Masih ingat tentunya dengan Ant-Man atau Avengers beberapa bulan lalu, terlebih tahun depan dimana Civil War dan Batman v Superman sudah menunggu. Harapan penonton pada Fantastic Four pastinya sehebat film-film superhero lainnya, namun agaknya harapan ini tinggalah harapan. Ekspektasi untuk melihat aksi penuh ketegangan dirasa sangat sangat kurang. Bahkan dari segi visual atau CGI, yang paling terasa saat Johnny berubah menjadi manusia api, banyak media yang menyebut bahwa Johnny si Human Torch di film ini terlihat tak lebih dari sekedar kartun murahan. Sebagai film reboot yang ditunggu-tunggu banyak penggemar, film ini terbilang cukup mengecewakan, sangat flat dan kurang menegangkan. Namun jika anda penggemar Marvel sejati, tak salah jika menyaksikan aksi Reed dkk di bioskop.

0 comments:

Posting Komentar